<$BlogRSDURL$>

H. Soerodjokartono

Bandung / Warga Epistoholik Indonesia

Monday, April 19, 2004

Selamat datang di situs blog saya,
sebagai warga Epistoholik Indonesia




Nama saya H. Soerodjokartono, berdomisili di Bandung. Di kalangan anak, cucu dan tetangga, dikenal dengan sebutan : Obos. Di kalangan saudara-saudara dikenal dengan panggilan : Mas Rodjo.

Pensiunan BUMN sejak tahun 1989, lahir di Bandung 31 Agustus 1933, dan dikaruniai 7 orang anak (3 orang di PT Telkom, 1 orang di Pertamina, 1 orang di Jasa Marga, 1 orang di SCTV dan 1 orang menunggui orang tua).

Suami dari Hj. Hetty Murdihati ini pernah tinggal dan menjelajah aneka kota, setelah Bandung (1933-1938), Tegal Slawi (1938-1940), Surabaya (1940-1945), Madiun (1945-1949), Kediri (1949-1951), Malang (1951-1954), Bangil (1954-1958), Slawi (1958-1959) dan kembali lagi ke Bandung (1959-kini).

Kakek 24 cucu, terdiri 2 orang Jamin (Jawa-Minang), 2 Pejabat (Peranakan Jawa -Batak), 2 orang Jawa (Jawa-Jawa) dan sisanya Janda (Jawa-Janda), memiliki kesibukan sebagai Ikhwan Masjid Al Munajah Jl. Pluto Selatan I Bandung, menulis untuk majalah Lansia Media P2TEL Bandung, menulis surat pembaca di harian Pikiran Rakyat, Bandung. Aktivitas sehat lainnya adalah pesiar, berkunjung ke anak-cucu sebagai penglipur rindu.

Saya memiliki harapan agar jaringan Epistoholik Indonesia mampu tumbuh dan berguna, membuka cabang di pelbagai kota, dan melakukan korespondensi antar anggota.

Saya juga berharap melalui jaringan Epistoholik Indonesia, tulisan surat pembaca kita dapat dimuat di banyak surat kabar. Alangkah baiknya bila tulisan surat pembaca itu ada honornya, walau pun kecil.


Terima kasih atas perhatian Anda.


Bandung, Maret 2004



H. Soerodjokartono

-------------------

AUTISME ATAU DOWN SYNDROME
Dimuat di Harian Pikiran Rakyat (Bandung), 29/9/2003


Sebelumnya saya mohon maaf kepada para dokter jika terdapat kesalahan menulis atau salah mengartikan istilah kedokteran yang saya gunakan.

Dia lahir dengan susah payah melewati perjuangan si ibu yang luar biasa tahun 1945, dengan keelokan yang tiada tara dan luar biasa. Namun baru berumur 3 tahun, ia mulai digerogoti penyakit, semacam kudis, merajalela di hampir seluruh tubuhnya. Sembuh sebentar sampai tajhun 1949, dia kejatuhan untaian buah kelapa yang sengaja dijatuhkan oleh si pencuri agar dia mati. Untunglah tidak menjatuhi kepala, hanya di bagian badan, namun akibatnya fatal juga, beberapa bagian tubuh selalu sakit-sakitan.

Pada tahun 1966, ketika dia berumur 21 tahun, datanglah seorang dokter. Katakanlah Dokter penyelamat berusaha menyembuhkannya, namun apa hendak dikata, ternyata dokternya adalah dokter gadungan yang hanya mencari kekayaan, tidak menyembuhkan dia.

Asistennya, yang lebih berpengalaman dari sang dokter berusaha campur tangan, hasilnya penyakit semakin parah, malah dia terpaksa diamputasi. Dia semakin merana, namun tetap tegar ; dicoba diobati lewat seorang kiai, tak juga sembuh.

Terakhir, datanglah si pedagang lemak ikan duyung, namun lemak putri duyung pun tak menghasilkan apa-apa.

Pada usia 58 tahun, dia malah dinyatakan sebagai penderita autisme yang katanya gejala keterbelakangan, tetapi merasa pandai yang menggebu-gebu. Yang paling runyam, setelah ada yang mengatakan terkena penyakit down syndrome, yaitu penyakit keterbelakangan bawaan dari gen-nya.

Masya Allah, subhanallah, apa kita-kita sama dengan yang bloon ? Duh Gusti, nyuwun ngapuro. Dia katanya harus menunggu pengobatan alternatif pada tahun 2004.

Demikian, kurang lebih bahasan Agustusan a la Nini Thowok dan Bhutet (PR, 2/9/2003. halaman 1, kolom 3).

Siapakah dia itu ? Dia adalah negaraku, Indonesia. Masya Allah, subhanallah. Semoga jangan diamputasi lagi, cukup Timor Timur (Timor Leste) saja. Walau pun kita seringkali mendengar kata-kata Aceh Merdeka, itu hanyalah ucapan para kernet angkot jurusan Cicaheum-Kebon Kelapa lewat Jalan Aceh dan Jalan Merdeka, para kernet menyebutnya : Acceeeeh.... merdekaaaaaa !


H. Soerodjokartono
Bandung


Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 18/4/2004


---------------------

KIRALOGI DAN AWURISME MERUPAKAN ILMUNYA PDAM
Dimuat di kolom Surat Pembaca Harian Pikiran Rakyat (Bandung), 26/8/2003


Membaca surat pembaca dari Tati Nurmala, Jl. Cikutra 96 Bandung (PR, 14/8/2003) berjudul “Tagihan PDAM Tidak Benar”, kebetulan sekali nasib saya, untuk tagihan PDAM bulan Juni dan Juli benar-benar amburadul.

Tanggal 6 Oktober 2000, saya (sebut saja kakek), pernah menulis bahwa PDAM menggunakan ilmu “kiralogi’ (ilmu kira-kira) dan ilmu “awurisme” (ilmu ngawur, asal tulis besarnya tagihan saja) karena tagihan yang dibebankan kepada kakek benar-benar tidak/susah dimengerti alias kacau balau.

Eh, tahun 2003 kok muncul lagi masalahnya, yaitu tagihan Mei 2003 Rp. 8.400,00 dengan penunjukan meter 001285 (lama) dan 001285 (baru), padahal air mengalir. Selanjutnya, tagihan Juni (kakek bayar pada 2 Juli 2003), dengan kedudukan meter yang tetap nagen (tidak bergerak), yaitu pada angka 001285 dikenakan biaya Rp. 65.280.000. Lho kok ?

Bagaimana menghitungnya ? tukang kontrol pun tak pernah datang. Pada kuitansi ada tanda *) = meter mati (berarti meternya rusak ?), kuitansinya Rp. 65.280,00, angka meter nagen di angka 001285. Kuitansi masih diberi tanda *) = meter mati. Lalu, apakah meter mati atau kerusakan meter itu urusan konsumen ?

Dalam situasi yang demikian itu, kakek merasa dirugikan karena tidak ada hitungan yang bisa dipertanggungjawabkan. Kalau pada bulan Juni sudah diketahui kerusakannya, mengapa tidak segera diperbaiki ?

Menurut pendapat kakek yang bodoh ini, bukankarena kerusakan komputer tetapi kurang kontrolnya pihak PDAM, padahal kini direksinya baru, bukan direksi yang dulu. Sampai dengan surat ini dibuat, belum ada perbaikan meter dan pada 13 Agustus 2003, petugas pencatat pasti akan mencatat angka 001285. Nah, semoga PDAM jangan pakai ilmu terapan “kiralogi” dan “awurisme” lho.

H.Soerodjokartono
Pluto Raya Bandung


Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 10/7/2004


---------------------

HANCURKANLAH, MUSUH KITA.....!
Dikirimkan ke Harian Pikiran Rakyat (Bandung), tanpa data tanggal


Gonjang-ganjing perak Iraq-Amrik dan sekutunya, terkenanglah aku waktu tahun-tahun 1942/1943, saat Jepang (Nippon) menjajah kita setelah mengalahkan Belanda. Aku baru duduk di SD klas IV, tinggal di Surabaya.

Mungkin banyak pembaca tidak mengalaminya karena belum lahir, semua murid diajari menjadi tentara, menjadi Seinendan (?). Entah pasukan apa itu, agak sedikit mirip dengan pandu yang sekarang namanya Pramuka.

Nah, di antara latihan perang-perangan dengan membawa tongkat, kami juga diajari menyanyi yang bersemangat. Diantaranya yang masih teringat, “Amat Heiho, jantan Indonesia, nun di Tarakan membela negara”, dan seterusnya. Ada lagi satu lagu, lupa pula judulnya, berbunyi : “Hancurkanlah musuh kita, itulah Inggris-Amerika”, dan seterusnya.

Wah, di jalan-jalan, dulu, anak sebayaku bersemangat sekali menyanyikan lagu tersebut. Maklumlah waktu itu Jepang bermusuhan dengan Sekutu (Inggris-Amerika), jadi orang Indonesia ikut membencinya. Bom atom di Hiroshima dan Nagasaki dijatuhkan oleh Amrik....apakah itu tidak kejam ? Berapa jiwa manusia yang mati ? Malah kabarnya pilot yang menjatuhkan bom-bom tersebut menjadi gila.

Heran, tatkala mendengar bahwa Perdana Menteri Jepang justru menyetujui penyerangan terhadap Iraq walau pun ia tidak mengirim tentaranya ke medan perang tersebut.

Hati-hatilah, bahwa yang benar adalah benar, yang salah ya salah, masih berlaku. Sehingga langsung mau pun tidak langsung, itu pasukan garam Inggris dan Amrik tahu-tahu stroke semua (Kata Kang Ibing), wallahu alam.

Si Amrik cs kok tidak takut sama doa orang-orang beragama yang tidak menyetujui adanya perang. Wah, awas, doa orang beragama sedunia itu mujarab lho, nanti tahu-tahu seperti nasibnya pasukan gajah dalam Al Quran yang dikalahkan oleh burung Ababil yang kecil-kecil.

Semoga tulisan ini dibaca oleh orang Amrik dan garam Inggris yang mengerti bahasa Indonesia atau setidaknya-tidaknya para anteknya dapat memberi penjelasan bahwa doa orang beragama seluruh dunia itu mujarab lho.

Wassalam,


H. Soerodjokartono
Bandung


Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 18/4/2004




posted by bambang  # 6:21 AM

Archives

04/01/2004 - 05/01/2004  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?